Kamis, 26 Agustus 2010

Karangasem Minta Tambahan Sambungan Listrik

0 komentar
Amlapura

Masyarakat Karangasem tak hanya mengalami kekurangan air, tapi sebagian dari mereka rupanya masih belum terjangkau aliran listrik PLN. Dalam acara sosialiasi pemakaian lampu hemat energi di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Pemberdayaan Masyarakat (KPM) Karangasem, Selasa (18/9) kemarin, sejumlah kadus minta PLN melakukan penambahan sambungan khusunya untuk warga yang berada di wilayah pedalaman.

‘’Saat ini masih banyak warga kami yang belum mendapat listrik. Kami kurang tahu apa masalahnya, yang jelas mereka sangat berharap PNL bersedia melayani mereka,’’ ungkap Kadus Telengan, Manggis, Made Darmayasa.

Yang membuat Darmayasa makin bingung lantaran proposal permohonan pemasangan sambungan baru sudah dilayangkan ke PLN. Tapi sejauh ini, menurut dia, proposal tersebut belum mendapat tanggapan. ‘’Jangankan kabel, tiangnya saja belum ada. Apa karena jaraknya yang jauh sehingga membuat PLN tak mau,’’ keluhnya.

Kepala PLN Area Pelayanan Klungkung yang juga membawahi Karangasem, Wayan Jaman Sutapa, S.E. berjanji menindaklanjuti harapan tersebut. Cuma pihaknya tidak mau memasang target kapan proposal warga akan dipenuhi.

Selain soal sambungan baru, sejumlah Kadus juga mempertanyakan buruknya kualitas listrik PLN. Kadus Wates Tengah, Selat, Komang Sujana, misalnya. Pihaknya mengeluhkan aliran listri ke rumah-rumah warga yang banyak dan sering menyala setengah lilin.

Sementara itu dalam sosialisasi kemarin, para kadus diharapkan bisa menjadi penyambung lidah PLN dalam mewujudkan program hemat listrik atau yang lebih dikenal dengan Program Banjar Galang Santhi. Karena, selain akan mampu menjaga kualitas daya listrik, hemat listrik berarti akan mengurangi beban biaya pemakaian rekening masyarakat. ‘’Minimal masyarakat mengurangi pemakaian listrik 50 watt ketika terjadi beban puncak antara pukul 18.00-22.00,’’ ungkap Jaman Sutapa.

Contributed by darma
Sep 18, 2007 at 05:34 AM
Read more ►

Rabu, 18 Agustus 2010

Trisandya

0 komentar
Marilah kita memuja Tuhan, Ida Hyang Widhi Waça
Pemujaan kepada Tuhan dapat dilaksanakan dengan banyak cara. Salah satu di antaranya ialah dengan bersembahyang tiap hari. Kita yang beragama Hindu bersembahyang tiga kali sehari, pagi, siang dan malam hari. Sembahyang demikian disebut sembahyang Trisandhya. Mantram yang dipakaipun disebut mantram Trisandhya.

Mantram ini ditulis dalam bahasa Sansekerta, bahasa orang Hindu jaman dahulu. Kita boleh bersembahyang dengan duduk bersila, duduk bersimpuh atau berdiri tegak sesuai dengan tempat yang tersedia. Sikap duduk bersila disebut padmasana. Sikap duduk bersimpuh disebut bajrasana dan yang berdiri disebut padasana.

Setelah sikap badan itu baik, dilanjutkan dengan pranayama. Pranayama artinya mengatur jalannya nafas. Gunanya: untuk menenangkan pikiran dan mendiamkan badan mengikuti jalannya pikiran, bila pikiran dan badan sudah tenang maka barulah mulai bersembahyang.
Sikap tangan waktu bersernbahyang disebut sikap amusti. Mata memandang ujung hidung dan pikiran ditujukan kepada Sanghyang Widhi. Dalam keadaan seperti itu, sabda, bayu, idep harus dalam keadaan seimbang.
Sebelum mengucapkan mantram, kedua tangan kita bersihkan dengan mantram demikian:

Mantran Trisandya
• Tangan Kanan
Om suddha mam svaha Artinya : Om bersihkanlah hamba
• Tangan Kiri
Om ati suddha mam svaha Artinya : Om lebih bersihkanlah hamba

1. Om bhur bhuvah svah
tat savitur varenyam
bhargo devasya dhimahi
dhiyo yo nah pracodayat
2. Om Narayana evedwam sarvam
yad bhutam yac ca bhavyam
niskalanko niranjano
nirvikalpo nirakhyatah
suddho deva eko
narayana na dvitiyo
asti kascit.
3. Om tvam siwah tvam mahadevah
Iswarah paramesvarah
brahma visnusca rudrasca
purusah parikirtitah
4. Om papo'ham papakarmaham
papatma papasambhavah
trahi mam pundarikaksa
sabahyabhyantarah sucih
5. Om ksamasva mam mahadeva
sarvaprani hitankara
mam moca sarva papebhyah
palayasva sada siva
6. Om ksantavyah kayiko dosah
ksantavyo. vaciko mama
ksantavyo manaso dosah
tat pramadat ksamasva mam
Om Santih, Santih, Santih Om.
Artinya :
• Om adalah bhur bhuvah svah
Kita memusatkan pikiran pada kecemerlangan dan kemuliaan Sanghyang Widhi, Semoga Ia berikan semangat pikiran kita
• Om Narayana adalah semua ini apa yang telah ada dan apa yang akan ada, bebas dari noda, bebas dari kotoran, bebas dari perubahan tak dapat digambarkan, sucilah dewa narayana, Ia hanya satu tidak ada yang kedua
• Om Engkau dipanggil Siwa, Mahadewa, Iswara, Parameswara, Brahma, Wisnu, Rudra, dan Purusa
• Om hamba ini papa, perbuatan hamba papa, diri hamba papa, kelahiran hamba papa, lindungilah hamba Sanghyang Widhi, sucikanlan jiwa dan raga hamba
• Om ampunilah hamba Sanghyang Widhi, yang memberikan keselamatan kepada semua makhluk, bebaskanlah hamba dari segala dosa, lindungilah oh Sang Hyang Widhi
• Om ampunilah dosa anggota badan hamba, ampunilah dosa perkataan hamba, ampunilah dosa pikiran hamba, ampunilah hamba dari kelalaian hamba.
Om. damai. damai, damai, Om.
18 Agustus 2010
By: Cenik
Read more ►

Tabuh Rah

0 komentar

  1. PENGERTIAN TABUH RAH.
    Tabuh rah adalah taburan darah binatang korban yang dilaksanakan dalam rangkaian upacara agama (yadnya).

  2. SUMBER PENGGUNAAN TABUH RAH.
    Sumber penggunaan tabuh rah terdapat pada Panca Yadnya.

  3. DASAR- DASAR PENGGUNAAN TABUH RAH.
    Dasar- dasar penggunaan tabuh rah tercantum di dalam :
    1. Prasasti Bali Kuna (Tambra prasasti).
      1. Prasasti Sukawana A l 804 Çaka.
      2. Prasasti Batur Abang A 933 Çaka.
      3. Prasasti Batuan 944 Çaka.
    2. Lontar- lontar antara lain :
      1. Siwatattwapurana.
      2. Yadnyaprakerti.

  4. FUNGSI TABUH RAH:
    Fungsi tabuh rah adalah runtutan/ rangkaian dan upacara/ upakara agama (Yadnya).

  5. WUJUD TABUH RAH:
    Tabuh Rah berwujud taburan darah binatang korban.

  6. SARANA :
    Jenis- jenis binatang yang dijadikan korban yaitu : ayam, babi, itik, kerbau, dan lain- lainnya.

  7. CARA PENABURAN DARAH
    Penaburan darah dilaksanakan dengan menyembelih, "perang satha " (telung perahatan) dilengkapi dengan adu- aduan : kemiri; telur; kelapa; andel- andel; beserta upakaranya

  8. PELAKSANAAN TABUH RAH:
    1. Diadakan pada tempat dan saat- saat upacara berlangsung oleh sang Yajamana.
    2. Pada waktu perang satha disertakan toh dedamping yang maknanya sebagai pernyataan atau perwujudan dari keikhlasan Sang Yajamana beryadnya, dan bukan bermotif judi.
    3. Lebih lanjut mengenai pelaksanaan tabuh rah

  9. Aduan ayam yang tidak memenuhi ketentuan- ketentuan tersebut di atas tidaklah perang satha dan bukan pula runtutan upacara Yadnya.

  10. Di dalam prasasti- prasasti disebutkan bahwa pelaksanaan tabuh rah tidak minta ijin kepada yang berwenang.

  11. Memperinci Pelaksanaan 'Tabuh Rah" dalam Bhuta Yadnya
  12. Tabuh Rah dilaksanakan dengan "penyambleh", disertai Upakara Yadnya.

  13. Tabuh Rah dalam bentuk "perang sata" adalah suatu dresta yang berlaku di masyarakat yang pelaksanaannya boleh diganti dengan "penyambleh".

  14. Apabila akan melakukan "perang sata", harus memenuhi syarat sebagai berikut :
    1. Upacara Bhuta Yadnya yang boleh disertai "perang sata" adalah :
      1. Caru Panca Kelud (Pancasanak madurgha).
      2. Caru Rsi Ghana.
      3. Caru Balik Sumpah.
      4. Tawur Agung.
      5. Tawur Labuh Gentuh.
      6. Tawur Pancawalikrama.
      7. Tawur Eka Dasa Rudra.
    2. Pelaksanaannya dilakukan di tempat upacara pada saat mengakhiri upacara itu.
    3. Diiringi dengan adu tingkih, adu pangi, adu taluh, adu kelapa, andel- andel serta upakaranya.
    4. Pelaksanaannya adalah sang Yajamana dengan berpakaian upacara.
    5. Perang sata maksimum dilakukan "tiga parahatan" (3 sehet) tidak disertai taruhan apapun.

  15. Selain dari yang tersebut dalam butir di atas adalah merupakan suatu penyimpangan.

  16. Lebih detail Klik disini
Read more ►

Jumat, 13 Agustus 2010

Kamis, 12 Agustus 2010

Topeng sidakarya

0 komentar
Topeng Sidakarya adalah bagian dari pementasan tari topeng yang mengiringi sebuah upacara besar di Bali. Topeng Sidakarya dianggap sebagai pelengkap upacara-upacara tersebut. Topeng ini tampil sebagai pamungkas tari persembahan (wewalen) sebelum acara pemujaan bersama yang dipimpin oleh Sulinggih dilakukan.

Pementasan Topeng Sidakarya ini bermula dari sebuah peristiwa menarik yang terjadi saat masyarakat Bali menggelar upacara besar di Pura Besakih pada zaman kekuasan Raja Dalem Waturenggong sekitar abad XV. Saat itu, datang seseorang dari Keling, mencari penanggungjawab upacara (Manggala Karya) tersebut yang tak bukan adalah sahabatnya.

Karena rupa dan penampilannya yang buruk, saat menanyakan keberadaan sang Sahabat, tamu Keling tersebut diusir oleh oarng-orang Besakih agar tak “mengotori” proses upacara. Tamu Keling itu murka dan melontarkan kutukan agar upacara tidak berjalan sukses.

Upacara besar itu pun gagal. Sang Manggala Karya menyesali tindakan orang-orang sekitarnya yang bertindak gegebah. Ia mencari sang tamu dan memintanya menyabut kutukan. Sebagai ungkapan penyesalan, Sang Manggala Karya memberikan sahabat Kelingnya itu tempat tinggal di desa Sidakarya (Denpasar Selatan). Dia kemudian dikenal dengan julukan Dalem Sidakarya.

Sejak saat itu, untuk kesuksesan penyelenggaraan ritual, pada setiap upacara besar di Bali, Dalem Sidakarya selalu dihadirkan dalam pementasan tari topeng. Atau, kehadirannya digantikan dengan tirta (air suci) yang diambil dari Pura Dalem Sidakarya yang terletak di Denpasar Selatan.
Read more ►
 

Copyright © TELENGAN BALI Design by cenik85 | Blogger Theme by Nak Bali | Powered by Telengan Community