Selasa, 28 Agustus 2012

Karya Atiwa-tiwa Lan Atma Wedana Pasek Tatar Telengan


PENDAHULUAAN

1.1      Latar Belakang
Sebagai salah satu bentuk yadnya dan rangkaian upacara persembahan dan pengorbanan suci kehadapan Hyang Widdhi beserta dengan segala manisfestasi-Nya dari Panca Yadnya. Maka Ngaben merupakan bagian dari Upacara Pitra Yadnya yaitu suatu rangkaian upacara membebaskan belenggu oleh dua lapisan yang disebut dengan Sthula sarira dan Suksma Sarira. Karena itu upacara penyucian ada dua tingkatan. Pertama adalah melepaskan atma dari ikatan sthula sarira yang disebut dengan Sawa Wedana, juga disebut dengan istilah Ngaben, Kedua melepaskan atma dari suksma sarira yang disebut dengan atma wedana atau memukur. Setelah proses! kedua yadnya itu teriaksana sebagai tindak lanjut adalah ngelinggihang dewa hyang yang di awali dengan upacara meajar-ajar.
Pitra yadnya adalah persembahan suci kepada leluhur. Pitra berasal dari kata pitra yang artinya leluhur. Yadnya berasal urutan kata yaja yang berarti berkorban. Leluhur dimaksud adalah ibu bapak, kakek, buyut dan lain -lain yang merupakan garis lurus ke atas, yang menurunkan kita. Kita ada karena ibu dan bapak Jadi kita ada atas jasa mereka. Kita telah berutang kepada mereka. Utang kepada leluhur disebut pitra Yadnya
Imam lokam maatrbhaktyaa.
Pitrbhaktyaa tu madhyamam.
Gurucicrusaya twetwam .
Brahmalokam somosnute.
(Manawa dharmasastra.ll.233)
Maksudnya :
Dengan berbakti kepada ibu akan mencapai kebahagiaan di bum! ini. Kebahagiaan di dunia tengah dicapai dengan berbakti kepada ayah. Tetapi dengan ketaatan pada guru suci akan mencapai Brahma Loka.
Hakikat upacara pitra yadnya adalah untuk mewujudkan bakti kepada leluhur seperti ayah dan ibu. Beryadnya kepada leluhur seperti kepada ayah dan ibu dapat dilakukan dengan banyak cara.Salah satu dari cara itu dengan melakukan upacara pitra yadnya setelah leluhur itu tidak laku hidup di dunia yang nyata ini.
Salah satu bentuk upacara pitra yadnya adalah dengan melakukan upacara ngaben bagi leluhur atau keluarga yang telah meninggal. Hakikat upacara pitra yadnya tersebut adalah sebagai wujud doa yang bersifat multivisual untuk memohon kepada Tuhan semoga leluhur yang diupacarai ngaben itu mencapai alam niskala yang makin meningkat. Lontar Wrehaspati Tattwa menyatakan bahwa saat orang meninggal hanya badan (Stula sarira)-nya yang ditinggalkan oleh Atma atau rohnya. Sedangkan badan halusnya yaitu suksma sarira masih menyelubungi sang Atma. Dalam Lontar Gayatri dinyatakan bahwa tujuan upacara ngaben untuk meningkatkan status sang Atma. Saat meninggal sang Atma disebut Petra. Setelah diupacarai ngaben sang Atma disucikan dengan melepaskan ikatan dengan stula sarira yang dibangun oleh Panca Maha Bhuta. Dengan lepasnya sang Atma dari ikatan Panca Maha Bhuta, sang Atma disebut sang Pitra. Pitra itu adalah sang atma Wedana sang Pitra dilepaskan dari ikatan selubung suksma sarira dan selanjutnya sang Pitra disebut Dewa Pitara. Demikian dinyatakan dalam Lontar Gayatri.
Upacara Atma Wedana menurut Lontar Siwa Tatta Purana ada lima jenisnya yaitu Ngangseng, Nyekah, Memukur, Maligia dan Ngeluwer. Makna filosofinya kelima jenis Atma Wedana itu sama. Hanya bentuk fisik upacara itu berbeda-beda dari yang sederhana sampai yang mewah atau utama. Demikian juga upacara ngaben dalam Lontar Sunarigama Pengabenan atau Bayi Loka Tattwa juga adalah lima tingkatannya. Ada yang disebut Sawa Wedana, Sawa Preteka, Prenawa. Swastha dan Mitra Yadnya yang mulih ke tengah. Bentuk yang terakhir paling sederhana dalam wujud fisik upacaranya, tetapi tujuan filosofinya paling tinggi. Upacara Pitra Yadnya ini sering dianjurkan kepada umat oleh Ida Pedanda Made Sidemen (alm) dari Geria Taman Sanur. Namun banyak pandita yang tidak mau atau tidak paham tentang adanya upacara ngaben sederhana ini. Sesungguhnya upacara berdasarkan tingkatan Nista, Madya, Utama perlu ditelusuri dan juga duhungkan dengan tingkatan upacara menurut Bhagawad Gita XII. 11-13. Dalam Bhagawad Gita tersebut ada upacara yadnya yang tergolong Satvika, Rajasika dan Tamasika Yadnya. Bahkan ada baiknya dikembalikan pada system upacara ngaben bersama. Tentunya hal ini harus berdasarkan kesukarelaan dengan pengertian yang mendalam. Saat ini sesungguhnya sudah makin tumbuh kesadaran umat untuk kembali ngaben bersama. Cuma perlu ditingkatkan lebih luas dan dalam pemahaman umat mengenai upacara tersebut. Dengan demikian, kualitas penyelenggaraan upacara ngaben bersama itu akan makin baik.
Ngaben tidak lagi menjadi beban yang dirasakan sebagai sesuatu yang memberatkan oleh umat. Kalau pemahaman umat pada upacara ngaben sudah benar dan baik, apalagi mengenai ngaben bersama rasa memberatkan itu tidak aka nada. Karena ngaben, upacara Atma Wedana dan Ngalinggihan Dewa Pitra itu bentuk bakti kepada leluhur dalam upacara yadnya saja.
Berbakti kepada leluhur sesungguhnya juga wajib dilakukan dalam bentuk mengupayakan pemeliharaan dan pendidikan kepada anak-anak. Karena anak-anak itu pada hakekatnya menurut keyakinan Hindu adalah leluhur kita yang turun menjelma. Kalau segala asset keluarga dihabiskan untuk ngaben, dan nuntun Dewa Hyang misalnya, maka kalau beliau itu menjelma menjadi anak-anak kita misalnya tentunya juga menjadi tidak baik kalau kita tidak mampu memberikan pemeliharaan dan pendidikan yang benar dan baik. Berbakti kepada leluhur juga dilakukan dengan tekun berbuat baik penuh dedikasi sesuai dengan profisi dan swadharma kita masing-masing. Hal ini diajarkan dalam Manawa Dharma Sastra 111.37 dan 38. Anak-anak yang akhir dari perkawinan yang baik dan benar kalau ia berbuat baik akan dapat menebus dosa-dosa leluhur dan keturunan kita kelak. Berbuat baik dan benar menurut profesi dan fungsi masing-masing inilah jangan dilupakan sebagai cara berbakti kepada leluhur menurut bakti kepada Tuhan. Antara upacara Pitra Yadnya seperti ngaben ini dan berbuat baik secara nyata hendaknya jangan dipisahkan. Sebab upacara ngaben sampai Nuntun Dewa Hyang di dalamnya sangat sarat dengan kandungan nilai-nilai positif yang universal. Nilai-nilai universal itulah yang kita aplikasinya dalam wujud nyata dalam hidup ini sebagai bakti kita kepada leluhur.
Desa Adat Gegelang Manggis Karangasem merupakan salah satu desa adat yang setiap tahun melaksanakan Upacara Pitra Yadnya. Berdasarkan demografi jumlah penduduk mencapai 5.705.900 orang. Desa Gegelang terdiri dari 5 Banjar, yaitu Banjar Telengan, Banjar Kalanganyar, Banjar Gegelang, Banjar Pakel, dan Banjar Babakan, dengan 4 setra yaitu Setra Kalanganyar, setra Gegelang, setra Pakel dan setra Babakan. Masing-masing setra terdiri dari 1 Pura Dalem. Seperti desa adat lainya, warga Desa Gegelang terdiri dari berbagai soroh/Iklan Pura Dadya, dengan ngemong Pura Dadya masing-masing. Keberagaman inilah yang menyebabkan pelaksanaan Upacara Pitra Yadnya di Desa Adat Gegelang tidak dilaksanakan secara kolektif berdasarkan Desa Adat, akan tetapi dilaksanakan secara kolektif berdasarkan soroh/klan dadya.
Desa Antiga merupakan desa dinas yang dulunya merupakan satu desa adat dengan Desa Gegelang yang bernama Desa Adat Angantelu. Sekarang Desa Adat Antiga terpisah menjadi satu desa Dinas dan satu Desa Adat dengan satu Setra. Akan tetapi hubungan kekerabatan dari warga tidak dapat dipisahkan dalam klan. Untuk itu dalam setiap upacara adat antara kedua desa ini selalu terhubungan. Sama halnya dengan upacara pengabenan yang akan diselenggarakan tahun 2012. Hal ini ternyata lebih efisien dan dapat dilaksanakan dalam 1 Desa Adat yaitu Gegelang. Efisiensi dapat dilaksanakan pada aspek upakara, pelaksanaan dan keuangan. Selain itu rasa persatuan dan kesatuan antara warga semakin erat. Pelaksanaan Pitra Yadnya di Desa Adat Gegelang tahun 2012 dilaksanakan oleh warga Pasek tatar dengan lingkup seluruh warga Pasek Telengan di Desa Gegelang yang berjumlah 477 KK. Keinginan warga sangat beralasan karena waktu upakara telah berlalu selama 5 tahun. Selain itu dalam kurun waktu 5 tahun tersebut telah memiliki sawa sebanyak 64 orang.
 

1.2     Maksud dan Tujuan
Setelah diketahui yang menjadi latar belakang dan landasan dalam upacara pitra yadnya, maka dapatlah dirumuskan maksud dan tujuan upacara itu. Secara garis besarnya, ngaben itu dimaksudkan untuk memproses kembalinya Panca Mahabutha pada badan untuk menyatu dengan Panca Mahabhuta di alam besar ini dan mengantarkan Atma kea lam Pitra dengan memutuskan keterikatannya dengan badan duniawi itu.
Sedang tujuan dari pitra yadnya adalah
1.   Melepaskan sang Atma dari ikatan duniawi
2.   Untuk mendapatkan keselamatan dan kesenangan
3.   Untuk mendapatkan sorga




II. RUANG LINGKUP PITRA YADNYA


2.1  Ruang Lingkup
Mengenai ruang lingkup dari pelaksanaan upacara pitra yadnya yang akan dilaksanakan oleh warga Pasek Tatar adalah Pitra Yadnya Sawa Preteka dengan tingkatan Madya. Sedangkan Ngeroras dengan tingkatan Catur Muka Madya. Untuk rangkaian diawali dengan upacara matur piuning pengabenan, ngeroras sampai dengan pelaksanaan ngenteg linggih. Demikian juga pada saat tatanan upacaranya dibagi-bagi menjadi tatanan-tatanan upacara kecil-kecil dan tidak biasa dilewatkan begitu saja, dan menjadi satu kesatuan rangkaian upacara yang utuh. Dalam upacara pitra yadnya kali ini profesi ngaben akan diawali dengan nebusin ngebet, ngaskara sampai ngaben dan nganyut. Ngeroras diawali dengan nganget don bingin, ngajum, ngeroras dan dikaitkan dengan upacara manusia yadnya yaitu Metatah, metelu bulanan dan Iain-lain. Sedangkan pada upacara Ngenteg linggih dirangkai dengan upacara ngajar-ngajar, maktiang Dewa Hyang sampai pada Tirta Yatra (dudonan terlampir)

2.2  Mekanisme Kerja
Sesuai dengan kesepakatan dan semangat gotong royong dan kekeluargaan warga Pasek Tatar, mekanisme kerja didasarkan ayahan warga dengan dasar yasa kerthi, tapa Ian brata.
Untuk kegiatan ayah-ayahan digunakan system ayahan dengan system shift I pagi-siang, dan shift II siang-sore. Untuk semua rangkaian upacara dikerjakan oleh warga dadya dan warga Desa


III. TATANAN UPACARA


3.1 Tempat Pelaksanaan dan Sawa
Rangkaian upacara Pitra Yadnya dilaksanakan di Desa Adat Gegelang (Setra Telengan) Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem.
Dadya
Sawa
Laki
Perempuan
Total
Penataran Pasek Telengan
17
12
29
Dadya Telaga Sari
5
9
14
Dadya Durang Kuas
7
8
15
Dadya Pedeng Dengan
3
3
6
Dadya Lambing
5
3
8
Dadya legal Linggah
6
5
11
Dadya Taman Sari
2
1
3
Total Sawa
45
41
86
Ngelungah
125
175
300


3.2 Waktu Pelaksanaan
Puncak karya Pitra Yadnya akan dilaksanakan Saniscara Pon Medangkungan 28 Juli 2012 dan Ngeroras/Atma  Wedana dilaksanakan pada Buda Umanis tanggal 15 Agustus 2012 rangkaian upacara dimulai dari tanggal  6 Januari 2012 (Dudonan terlampir).

3.3  Biaya 
Rangkaian Upacara pengabenan, Atma Wedana dan Ngnteg Linggih diperkirakan menghabiskan dana yaitu :
Pengeluaran                            Rp. 840.300.000
Pemasukan                              Rp. 576.950.000  _
Kekurangan                             Rp. 263.350.000
Rincian dari pemilik sawa 86 @sebesar Rp. 6.000.000 Ngelungah 300 @sebesar         Rp. 100.000,- dan urunan beras untuk dadya 5 Kg, Kekurangan dana dari rangkaian upacara ini akan dipenuhi dengan melakukan efesiensi kerja dengan gotong royong, efisiensi konsumsi dan bahan, optimalisasi punia, dan melakukan penambahan evaluasi pada penyekahan. Berikut Rincian Anggaran yang dibutuhkan selama proses! Ngaben ini dilaksanakan.


3.4 Kepanitiaan
Rangkaian upacara ngaben ini diselenggarakan berdasarkan TRI MANGGALANING YADNYA yang terdiri dari:
1.   Pemuput Karya inggih punika
Berdasarkan hasil keputusan warga Pasek Telengan Desa Gegelang, untuk memuput karya adalah pedanda Ciwa dan Buda yaifu sebagai berikut :
  •   Ida Pedanda Gde Ketut Telaga
  •   Ida Pedanda Istri Ngurah
  •  Ida Pedanda Istri Jelantik
  •   Ida Pedanda Wayan Taman
  •   Ida Pedanda Gede Buruan
  •   Ida Pedanda ring Buda Keling
2.   Sang Wiku Tapini Ian Sarati /tukang banten :
  •   Ida Ayu Darmayanti, Geria Duda
  •  Ida Ayu Putu, Geria Duda
  •   Ida Ayu Putri, Geria Budakeling
  •   Ida Ayu Made, Geria Budakeling
Dibantu oleh para sarati yang ada di sekitar Banjar Telengan.
3.   Sang Madruwe karya/prawartaka karya
Adapun kepanitian dari Upacara Pitra Yadnya diambil dari perwakilan seluruh warga yang ada sesuai dengan kompentesinya dalam adat maupun dinas, susunan kepanitian adalah sebagai berikut (terlampir)

1 komentar:

 

Copyright © TELENGAN BALI Design by cenik85 | Blogger Theme by Nak Bali | Powered by Telengan Community