Rabu, 18 Agustus 2010

Tabuh Rah


  1. PENGERTIAN TABUH RAH.
    Tabuh rah adalah taburan darah binatang korban yang dilaksanakan dalam rangkaian upacara agama (yadnya).

  2. SUMBER PENGGUNAAN TABUH RAH.
    Sumber penggunaan tabuh rah terdapat pada Panca Yadnya.

  3. DASAR- DASAR PENGGUNAAN TABUH RAH.
    Dasar- dasar penggunaan tabuh rah tercantum di dalam :
    1. Prasasti Bali Kuna (Tambra prasasti).
      1. Prasasti Sukawana A l 804 Çaka.
      2. Prasasti Batur Abang A 933 Çaka.
      3. Prasasti Batuan 944 Çaka.
    2. Lontar- lontar antara lain :
      1. Siwatattwapurana.
      2. Yadnyaprakerti.

  4. FUNGSI TABUH RAH:
    Fungsi tabuh rah adalah runtutan/ rangkaian dan upacara/ upakara agama (Yadnya).

  5. WUJUD TABUH RAH:
    Tabuh Rah berwujud taburan darah binatang korban.

  6. SARANA :
    Jenis- jenis binatang yang dijadikan korban yaitu : ayam, babi, itik, kerbau, dan lain- lainnya.

  7. CARA PENABURAN DARAH
    Penaburan darah dilaksanakan dengan menyembelih, "perang satha " (telung perahatan) dilengkapi dengan adu- aduan : kemiri; telur; kelapa; andel- andel; beserta upakaranya

  8. PELAKSANAAN TABUH RAH:
    1. Diadakan pada tempat dan saat- saat upacara berlangsung oleh sang Yajamana.
    2. Pada waktu perang satha disertakan toh dedamping yang maknanya sebagai pernyataan atau perwujudan dari keikhlasan Sang Yajamana beryadnya, dan bukan bermotif judi.
    3. Lebih lanjut mengenai pelaksanaan tabuh rah

  9. Aduan ayam yang tidak memenuhi ketentuan- ketentuan tersebut di atas tidaklah perang satha dan bukan pula runtutan upacara Yadnya.

  10. Di dalam prasasti- prasasti disebutkan bahwa pelaksanaan tabuh rah tidak minta ijin kepada yang berwenang.

  11. Memperinci Pelaksanaan 'Tabuh Rah" dalam Bhuta Yadnya
  12. Tabuh Rah dilaksanakan dengan "penyambleh", disertai Upakara Yadnya.

  13. Tabuh Rah dalam bentuk "perang sata" adalah suatu dresta yang berlaku di masyarakat yang pelaksanaannya boleh diganti dengan "penyambleh".

  14. Apabila akan melakukan "perang sata", harus memenuhi syarat sebagai berikut :
    1. Upacara Bhuta Yadnya yang boleh disertai "perang sata" adalah :
      1. Caru Panca Kelud (Pancasanak madurgha).
      2. Caru Rsi Ghana.
      3. Caru Balik Sumpah.
      4. Tawur Agung.
      5. Tawur Labuh Gentuh.
      6. Tawur Pancawalikrama.
      7. Tawur Eka Dasa Rudra.
    2. Pelaksanaannya dilakukan di tempat upacara pada saat mengakhiri upacara itu.
    3. Diiringi dengan adu tingkih, adu pangi, adu taluh, adu kelapa, andel- andel serta upakaranya.
    4. Pelaksanaannya adalah sang Yajamana dengan berpakaian upacara.
    5. Perang sata maksimum dilakukan "tiga parahatan" (3 sehet) tidak disertai taruhan apapun.

  15. Selain dari yang tersebut dalam butir di atas adalah merupakan suatu penyimpangan.

  16. Lebih detail Klik disini

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © TELENGAN BALI Design by cenik85 | Blogger Theme by Nak Bali | Powered by Telengan Community